Bogor (ANTARA News) - Keputusan pemerintahan Presiden Joko Widodo mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) diperkirakan bakal mempengaruhi penjualan industri otomotif mengalami penurunan sebanyak 10-15 persen.

Hal itu dikatakan Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra dalam Lokakarya Wartawan Industri dan Otomotif di Bogor, Jabar, Selasa.

Pun demikian, sebagaimana optimisme yang disampaikan sejumlah pelaku industri otomotif lainnya, Amel juga menyebutkan bahwa dampak tersebut hanya berlangsung dalam jangka pendek saja.

"Pada dasarnya pasti akan berpengaruh terhadap penjualan industri otomotif. Tetapi dampaknya dalam jangka pendek saja, penjualan akan turun sebanyak 10-15 persen, sesudah itu nanti akan menemui titik keseimbangan baru," katanya.

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo pada Senin (17/11) malam mengumumkan keputusan pengurangan subsidi BBM yang membuat harga BBM jenis premium naik menjadi Rp8.500 per liter dan Rp7.500 per liter untuk jenis solar.

Meski mengutarakan optimismenya bahwa industri otomotif bakal menemukan titik keseimbangan baru beberapa saat setelah dampak jangka pendek berlangsung, Amel menyebutkan bahwa pasar industri yang kerap dituding menjadi penyebab utama kemacetan itu bakal stagnan pada 2015 mendatang.

"Pasar otomotif nasional mungkin tahun depan akan stagnan di kisaran 1,2 juta unit per tahun," katanya.

Pengalihan tepat Berkaitan dengan pengurangan subsidi Amel juga menyatakan setuju apabila dana yang ditarik dari pos subsidi BBM bakal dialihkan kepada pembangunan infrastruktur.

"Alokasi subsidi ke pembangunan infrastruktur sangat baik, kalau bisa jangan hanya berbentuk jalan tetapi juga untuk infrastruktur listrik yang nantinya bakal mendukung perkembangan industri otomotif. Kami percaya pemerintahan Presiden Joko Widodo memiliki formulanya," ujarnya.

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014